Kembali Pulang dan Mengenal Diri Sendiri

Kembali menulis disini adalah sebuah momen yang tidak disangka-sangka. Awalnya saya berpikir tidak bisa kembali kesini. Ya, rumah yang sudah lama saya tempati namun terlupa untuk disinggahi kembali. Kali ini, saya ingin bercerita kembali di sini. Beberapa tahun ke belakang, banyak sekali peristiwa yang tidak sempat saya dokumentasikan di sini. Saya terlampau sibuk dengan bayi, kemudian roller coaster pandemi hingga lupa dengan apa yang saya suka. Setiap orang memiliki hal yang disukai, disukai tapi tidak bisa, bisa tetapi tidak suka atau bahkan tidak bisa dan tidak suka. Demi melacak kekuatan diri dan ingin menambah jam terbang di bidang itu, maka berikut ini lima kekuatan yang ingin saya dalami lagi beberapa tahun ke depan.

1. Healthy Cooking dan Baking

Orange Pie favorit anak-anak

Saya sangat senang dengan kegiatan memasak dan membuat kudapan untuk keluarga. Di rumah saya sudah mulai membuat tahu dan tempe sendiri, cemilan untuk anak-anak yang rendah gula dan garam, serta menu harian keluarga. Motivasi tertinggi saat melakukan aktifitas ini adalah karena ingin melayani kebutuhan keluarga dengan baik. Oleh karena itulah saya sangat berbinar saat mencoba menyajikan makanan kepada keluarga saya melalui tangan saya sendiri.

Jika ditanya mengapa harus healthy? Jawabannya, karena kesehatan merupakan salah satu unsur penunjang utama dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT dan bekerja serta aktivitas lainnya. Imam asy-syatibhi dalam Kitabnya Fi Ushul Al-Ahkam, mengatakan bahwa tujuan kehadiran agama Islam dalam rangka menjaga agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan. Oleh karena itu dalam melaksanakan tujuan kehadiran agama Islam tersebut, maka kesehatan memegang peranan yang sangat penting. Tanpa adanya kondisi kesehatan seseorang , maka dengan sendirinya berbagai upaya untuk memenuhi kewajiban pokok akan sulit dilaksanakan. Kesehatan merupakan modal pokok dalam mencapai tujuan kehadiran agama. Itulah kenapa sebuah keluarga muslim wajib melek kesehatan. Tubuh manusia, sebenarnya sudah dirancang oleh Allah dengan amat sempurna. Allah memberikan kita sistem pertahanan berlapis-lapis, sistem kekebalan supaya tidak mudah sakit.

Namun, faktanya saat ini kenapa tetap saja ada manusia yang jatuh sakit sedang Allah sudah memberikan pertahanan tubuh sedemikian canggih? Hal ini tidak lain dan tidak bukan karena adanya akumulasi makanan yang tidak alami dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak alami serta terakumulasi dalam jangka waktu yang lama. Kesempatan mempelajari sistem di dalam tubuh ini semakin menambah rasa syukur atas segala nikmat Allah. Betapa sayangnya Allah kepada manusia sehingga ditumbuhkanNya beragam tumbuhan beraneka warna dengan manfaat yang saling melengkapi yang tidak lain dan tidak bukan untuk kita makan. Ternyata makan yang halal saja itu tidaklah cukup, Mak. Makanlah yang tayyib, yang dibutuhkan oleh tubuh bukan makan sekedar memuaskan rasa lapar dan lezat sebagai goals. Bismillah semoga kami sekeluarga bisa terus menjalankan prinsip makan berkesadaran demi menjaga amanah tubuh dari Allah.

2. Writing
Pada dasarnya saya suka mempelajari hal yang baru dan menghubungkan informasi dengan keadaan nyatanya. Latar belakang pendidikan saya di bidang hukum menyebabkan saya senang bertemu dengan berbagai macam karakter orang dan berbagi apapun bersama mereka. Selain terus mengupdate informasi terkini di bidang hukum, saya concern dengan informasi yang berkaitan dengan parenting, psikologi dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan agama islam karena sudah menjadi kebutuhan sehari-hari saya saat ini. Untuk bidang pekerjaan, meski lulusan Magister Kenotariatan, entah mengapa hingga saat saya belum rela membagi waktu dan fokus bekerja di bidang ini. Saya merasa enjoy membersamai anak-anak karena banyak hal di rumah yang justru semakin menambah cakrawala wawasan dan pengetahuan saya. Berbagai macam pertanyaan ajaib dari anak-anak menurut saya justru lebih menarik untuk dicari jawabannya dan dijadikan bahan diskusi bersama. Ternyata dunia anak-anak mengubah saya yang dulunya sangat tidak suka jika ada anak yang bermain ke rumah justru kini saya sangat menikmati bermain dan belajar bersama mereka. Entahlah, sejak punya anak dan belajar parenting, saya malah lebih tertarik pada pendidikan anak-anak dan ingin terus belajar agar bisa menfasilitasi mereka. Menulis buku cerita anak, kisah inspiratif dan jurnalistik kebudayaan menjadi salah satu aktifitas menyenangkan yang merupakan salah satu me-time bagi saya.

salah satu buku ensiklopedia yang ditulis bersama teman-teman penulis

3. TravelSchooling
Hingga saat ini, keluarga kami adalah pelaku homeeducation dan senang melakukan travelling. Kegiatan travelschooling ini kami jadikan sebagai proyek keluarga. Saat travelling kami jadikan sebagai momen keluarga untuk belajar mengambil insight kala mengunjungi tempat-tempat tertentu. Kegiatan travelling yang biasa kami lakukan bukan hanya sekedar jalan-jalan dan berfoto saja tetapi kami berkunjung ke berbagai tempat yang bermuatan edukasi untuk mengenal budaya seperti museum, cagar budaya,belajar kearifan lokal di eco village, belajar ketahanan pangan di perkebunan, peternakan dan banyak lainnya.

peternakan sapi ini merupakan salah satu tempat belajar favorit anak-anak untuk sustainable living

Travelschooling ala keluarga kami adalah berpergian ke mana saja. Bisa ke rumah teman atau saudara, ke pasar, ke taman, masuk hutan, main di sungai, keliling pulau atau bahkan sekedar berkunjung ke tempat-tempat baru yang belum pernah kami kunjungi. Target besarnya memang travelling yang agak jauh, untuk mengenalkan budaya, sejarah, kearifan lokal dan tempat baru.

Kegiatan mengenal dan belajar berbagai hal di tempat yang baru sungguh membuat saya bersemangat. Proses belajar yang keluarga saya jalani bukan hanya saat kami tiba di destinasi perjalanan akan tetapi justru banyak pelajaran saat menempuh perjalanan. Keluarga kami memang sering berpindah-pindah domisili (karena pekerjaan suami) sehingga kami sekeluarga memang sangat menyukai perjalanan jauh maupun dekat. Dalam sebuah perjalanan, banyak sekali skill yang bisa kami latih kepada anak-anak seperti bab kesabaran, taat aturan, dan kehati-hatian. Selama perjalanan kami pun membuka ruang diskusi, belajar adab, mengenal banyak hal unik di luar rumah, berinteraksi dengan orang baru dan beradaptasi dengan tempat baru. MasyaAllah..

4. Photography

langit kepulauan Riau, diambil di pinggir tepi laut

Saya sangat antusias terhadap pemandangan indah di bumi ciptaan Allah dan mengabadikan dalam sebuah foto. Kalau ditanya apa obyek foto saya? Mulai dari keanekaragaman tanaman, hewan, bukit, gunung, jalan, air terjun, langit, laut bahkan rumah gedung pun semua saya sukai. Landscape Photography itulah kecenderungan genre foto saya. Hasil jepretan tersebut menunjukan ruang dalam dunia yaitu pemandangan alam, kadang-kadang luas tak berujung, namun terkadang mikroskopis. Foto landscape biasanya menangkap kehadiran alam tetapi juga dapat fokus pada buatan manusia. Alhamdulillah, bersyukur sekali memiliki suami dan anak-anak yang mendukung kesukaan saya ini. Kami biasanya mengunjungi beberapa tempat baru untuk memaknai perjalanan dan menambah kesyukuran.

5.Gardening

labu hasil tanam di kebun sempit depan rumah

Gardening adalah hobi baru saya setelah memiliki anak. Dahulu sekali, saya tidak pernah tertarik dengan aktifitas berkebun. Bahkan ingin tahu seluk beluk mengenai tanaman pun tidak ada gairah. Namun, setelah memiliki anak yang senang bermain tanah, menanam pohon dan mengamati tanaman justru membuat saya ikut jatuh cinta dengan aktifitas ini. Kegiatan berkebun bagi setiap keluarga menurut saya adalah sebuah kebutuhan. Melalui kegiatan berkebun, kami sekeluarga dapat mengetahui dan menjamin kesegaran makanan yang kami konsumsi. Dengan kegiatan berkebun ini pelan-pelan saya jadi lebih aware saat mengkonsumsi bahan makanan. Saya selalu ingin memastikan makanan yang kami asup sehari-hari jelas asalnya dari mana dan juga cara perawatan serta perlakuan terhadap tanaman tersebut. Saya pun percaya pada mimpi keluarga kami untuk dapat membangun ketahanan pangan dari rumah. Semoga apa yang menjadi impian keluarga kami segera terwujud aamiin ya rabbal alamin.

Sisi lain dari diri saya yang masuk dalam kuadaran tidak bisa tetapi suka saya memasukkan aktifitas art&craft dan keterampilan foraging meski tidak bisa tetapi saya punya kemauan kuat untuk mempelajarinya karena merupakan kebutuhan yang menunjang aktifitas saya di ranah suka dan bisa yaitu kegiatan travelschooling dan healthy cooking baking.

Dari hasil pemetaan potensi diri ini saya jadi semakin yakin bahwa aktifitas apapun yang kita bisa dan suka jangan dianggap sekedar hobi. Hobi itu membahagiakan ketika dikerjakan dan saat diseriusi pun bisa menghasilkan. Jadi, yuk kita cari tahu dimana kekuatan kita apa dan bersiap melebarkan potensi diri kita. Bismillah mengawal langkah perubahan di tahun depan semoga Allah memudahkan segala prosesnya.

Jurnal Mingguan #3 : Fokus Pada Satu Pekerjaan

Kembali ke laporan puasa mingguan saya. Pekan ini saya memutuskan untuk puasa menyambi nyambi pekerjaan. Fyi, dari dulu saya sebenarnya agak perfeksionis jadi kalau kerja suka melakukan banyak pekerjaan sekaligus supaya hemat waktu. Namun, terkadang ada hal-hal di luar kendali kita yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa jika pekerjaan tidak selesai sesuai ekspektasi. Oleh karena itulah saya minggu ini puasa menyambi-nyambi pekerjaan.
Pekan ini adalah pekan yang berat bagi saya agar bisa berlatih fokus. Betapa tidak, bulan ramadhan sudah tinggal menghitung hari, amanah membantu di tim jsr peduli tanjungpinang pun sudah di penghujung waktu. Ya Allah, semoga apa-apa yang saya ikhtiarkan beberapa hari ini Engkau ridho.
Setelah saya pelajari ritem harian saat ini, saya merasa perlu merubah strategi baru dengan ritme pekerjaan baru di bulan ramadhan. Persiapannya ya saat ini, latihannya dimulai pekan ini. Stratego yang saya terapkan minggu ini sebagai berikut (sarana briefing dan training untuk dijalankan nanti saat ramadhan utamanya)
Pertama, mengenai persiapan memasak supaya tidak kalang kabut namun nutrisi bahan baku masih oke maka saya menerapkan persiapan di malam hari. Untuk beberapa hal yang membutuhkan waktu agak panjang seperti membuat bone broth, kaldu sayur, marinasi ikan dan bumbu-bumbu saya lakukan di malam hari setelah urusan cuci piring selesai. Keessokan harinya hidup dijamin lebih berkualitas karena tidak ada cerita huru hara di dapur dan menyambi banyak pekerjaan.
Kedua, fokus pada satu pekerjaan dengan kandang waktu kemudian pindah ke pekerjaan lain. Misalnya urusan bersih-bersih rumah dan waktu belajar anak-anak. Saya meluangkan waktu 1 jam per anak setiap paginya agar maksimal membersamai mereka. Jadi, ketika anak satu fokus belajar dengan saya sesuai lesson plannya makan dua anak yang lain bebas bermain. Alhamdulillah bisa berjalan meski terkadang ada masalah kecil.
Tiga, taat dengan to do list harian yang sudah dibuat. Catat ide atau apa yang berputar-putar di dalam otak. Hal ini efektif membuat saya lebih produktif. Catatan random ini saya tempel di depan pintu kulkas dan sukses menjadi reminder di akhir pekan.
Alhamdulillah puasa pekan ini penuh hikmah, alhamdulillahilladzi tatimmush sholihat

Keterangan badge puasa di atas :

Excellent : Fokus pada satu kegiatan, tidak menyambi dengan pekerjaan lain dan meminta tolong orang rumah yang berkaitan dengan kegiatan yang saya lakukan

Verry Good : fokus pada satu kegiatan namun masih menyambi dengan kegiatan kecil yang mendukung pekerjaan utama

Satisfactory : mengerjakan 2 pekerjaan dengan gugup karena sikon di luar kendali

Need improvement : mengerjakan beberapa pekerjaan dan berakhir dengan rasa lelah

Jurnal Mingguan #2 : Tidak Menunda Pekerjaan alias Procrastination

Apakah anda suka menunda-nunda pekerjaan? Atau kebanyakan terdistraksi oleh gangguan dari luar yang mempengaruhi kinerja harian?
Jika iya, ini adalah sebuah TANTANGAN! Menunda-nunda pekerjaan alias procrastination nyatanya menjadi persoalan banyak orang, termasuk saya. Saat memiliki tugas yang harusnya segera diselesaikan, namun sering kali kita justru memilih mengerjakan hal lain yang seharusnya dikesampingkan. Hm, sejak kecil saya terbiasa dengan jadwal, rutinitas dan catatan. Tiga hal itu laksana mantra dalam keseharian saya. Kaku, iya! Tapi inilah seninya.
Kebiasaan berdisiplin dengan jadwal dan to do list yang saya buat membuat hidup saya berjalan lebih mudah.

Tantangan pun saya jumpai ketika menjadi seorang ibu, manajer keluarga yang pekerjaannya non stop dari bangun tidur hingga tidur lagi. Sigh

“Gimana kalau menonton drama korea dulu untuk menaikkan mood?”

“Rasanya perlu mengetik beberapa caption supaya jari lebih lincah saat nanti mengerjakan tugas.”

“Oh iya, hari ini belum buka Facebook. Ada info terbaru apa ya hari ini?”

“Ah bersih-bersih kamar dulu deh, biar nyaman.”

“Ah capek juga, berbaring di tempat tidur sambil menemani anak barang sejenak mungkin bisa lebih baik.”

“Duh, malah ketiduran!”

Dan…sampai akhirnya tenggat semakin dekat, pekerjaan belum disentuh sedikit pun.

Begitulah realita yang jauh dari ekspektasi
Dampaknya jelas, dulu jaman masih kuliah saya pernah mengalami ini. Iya, saya mungkin bukan termasuk orang yang bisa bekerja dalam tekanan atau dikekar deadline. Asli, otak saya justru buntu kalau kepepet. Gara-gara satu peristiwa yang memaksa saya untuk menunda pekerjaan dan menyelesaikannya di detik-detik efeknya luar biasa. Mulai dari nilai yang tidak sesuai harapan, pikiran yang lelah dan menguras emosi. Saat saya kembali sadar bahwa ada tugas yang belum rampung, giliran perasaan bersalah, panik, stres, khawatir, depresi, dan meragukan diri sendiri-lah yang mengambil alih. Hm, pekan ini adalah pekan yang lumayan berat bagi saya. Di pekan ini saya mendapat amanah menjadi bagian dari tim JSR peduli yang menghandle makanan dan minuman sehat untuk tim covid19 di RS dan PKM Tanjungpinang. Berat? Nggak juga sih, karena niat setulus hati ingin membantu. Tapi masalahnya manajemen waktu dan emosi ini mesti dikontrol. Jangan menunda pekerjaan itu PR saya. Sedikit demi sedikit, lelah semoga menjadi lillah. InsyaAllah

Kunci sukses menjalani hari-hari yang berat ini ya saya harus menyiapkan diri. Menyiapkan diri hari ini memang cara yang tepat untuk menyayangi diri kita di masa depan.

Meski begitu, menghentikan perilaku menunda pekerjaan tak bisa dengan sekadar dirapal, ditempel atau disounding ke dalam pikiran, ‘Berhentilah melakukan aktivitas lain, cepat selesaikan tugas!’

Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi diri kenapa ‘terpaksa’ menunda pekerjaan. Seperti yang saya hadapi beberapa hari kemarin. Situasi yang tidak memungkinkan. Entah itu lelah dari kondisi fisik atau karena faktor lain seperti air yang minim sehingga memaksa saya menunda pekerjaan mencuci piring, anak yang rewel atau minta diperhatikan, suami yang mendadak harus ke kantor karena suatu hal. Kalau ini sudah terjadi, abaikan dulu urusan prioritas, turunkan standart dan lakukan yang terbaik untuk saat ini. Jangan menghakimi diri karena sikap perfeksionis atau penilaian ideal. Bersabar dan jalani apa yang harus dilakukan saat ini. Bismillah semoga latihan puasa ini dapat melatih diri menjadi laku pribadi yang lebih baik. Aamiin ya rabbal alamin.

Jurnal Mingguan 1 : Produktif dengan Waktu Online Tepat Guna

Alhamdulillah sampai juga perjalanan saya di kelas #bundacekatan ini di tahapan kepompong. MasyaAllah tabarakallah Allah memberikan kemudahan dan kesempatan belajar untuk memperbaiki diri demi pribadi yang lebih baik. Pada jurnal mingguan yang #pertama ini saya memutuskan untuk puasa dari hal-hal yang bisa mengurangi performa saya di medan perang yaitu kegiatan remeh temeh bernama surfing yang biasanya saya lakukan selama ‘break time’. Apalagi saat ini informasi seputar pandemi corona sangat dahsyat gelombangnya, baik yang resmi apalagi berita hoax.

Ceileeh medang perang 來 Iya iya, jadi untuk menghadapi hari yang berkualitas saya memutuskan untuk disiplin terhadap jadwal harian yang sudah saya buat selama sepekan.

Intinya, manajemen waktu yang baik akan menentukan produktifitas diri saya sehari-hari.
Soal manajemen waktu, saya pikir prinsipnya sederhana saja. Segala kegiatan yang kita anggap prioritas tertinggi, ya harus disempatkan untuk dikerjakan. Misalnya nih, memasak. Memasak bagi saya dan keluarga adalah hal yang hukumnya wajib dilakukan setiap hari. Mengingat kondisi saat ini yang sedang darurat sebab wabah yang sudah mulai mengglobal. Selain itu, anak-anak memang lebih senang makan di rumah apalagi diajak masak bersama. Yang kedua adalah kegiatan menulis. Namanya prioritas maka setiap hari saya harus menyempat-nyempatkan diri untuk menulis, karena buat saya menulis itu penting. Terkadang saya mengorbankan sebagian waktu tidur, sebagian waktu beres-beres rumah, bahkan mencuri waktu di sela-sela mendampingi anak, supaya bisa menulis.

Saya merasa hari saya lebih efektif jika bekerja dalam blok-blok waktu. Subuh adalah kandang waktu refleksi pribadi saya. Pagi sampai jam makan siang untuk rutinitas harian keluarga dan mendampingi “kelas” ketiga anak saya. Dari jam tidur siang hingga sore, saya mencicil segala tanggung jawab saya baik online maupun offline sesuai weekly planner yang sudah saya buat setiap akhir pekan untuk pekan selanjutnua. Usai maghrib, saya biasanya berbagi tugas mengurusi anak-anak agar bisa fokus menyelesaikan tugas bebersih dapur.

Kita semua hanya punya waktu 24 jam dalam sehari. Kalau kita menghabiskannya untuk satu kegiatan, berarti kita mengurangi jatah waktu kegiatan lain. Jadi, kembali lagi pada pertanyaan mendasar ini: “Apa yang paling penting untuk kita kerjakan dan bagaimana cara terbaik untuk menyelesaikannya?”.

Satu faktor penting agar hari-hari mulus dan menyenangkan bagi saya yang #workfromhome dengan tiga anak tanpa ART adalah sistem pendukung. Saya sangat terbantu karena suami sepenuhnya kompak soal visi hidup dan soal berbagi tugas mendampingi anak. Kalau agenda saya sedang agak padat deadline, suami biasanya menggantikan saya sebagai fasilitator kelas buat anak-anak.

Apalagi kami tinggal di perantauan, jauh dari keluarga besar membuat saya bisa tenang dan yakin ketika anak-anak bersama papanya. Mereka punya teman dan ada di lingkungan yang aman. Tanpa suami, waktu saya pasti nyaris kurang dan rasa lelah yang teramat sangat.

Sumber daya ibu yang satu dengan ibu lainnya tidak sama. Kalau saya pribadi mesti berdamai dengan keadaan, sembari terus menjernihkan visi yang ingin saya wujudkan. Apa panggilan tertinggi hidup ini? Sambil terus berjalan saya belajar menata jadwal kegiatan yang paling realistis sesuai kondisi keluarga saya.

Perasaan burnout ketika pekerjaan menumpuk dan rasa-rasanya semua urgent, kata suami saya anggaplah itu sebagai alarm yang mengingatkan saya untuk duduk dan merenung sejenak. Berkontemplasi dengan diri. Apa yang saya lakukan ini semua tujuannya untuk apa sih? Mari secara berkala melakukan introspeksi.

Hidup bukan hanya soal efisiensi, tapi juga efektivitas; bukan hanya menyelesaikan sebanyak mungkin to do list, tapi memastikan to do list itu bermakna; bukan hanya jungkir balik menjadi homeeducator sekaligus bekerja sekaligus ini dan itu, tetapi lebih dulu memeriksa mengapa mau menjadi homeeducator, mengapa harus berkarir, mengapa harus ini dan itu.

Sekarang tentang menghandle anak selama berkegiatan dan tidak terlihat terganggu. Menurut saya, kita harus mengakui dulu satu fakta paling mendasar: anak memang tidak berniat menjadi pengganggu. Dia hanya masih kecil, itu saja. Jadi kitalah yang aneh kalau menuntut dia berperilaku seperti orang dewasa.

Saya percaya bahwa saya tidak akan stres jika siap menghadapi kemungkinan terburuk. Dalam hal apapun, termasuk ketika menghadapi mereka sehari-hari. Saat mengajak anak ikut berkegiatan, maka saya wajib mengantisipasi kemungkinan perilakunya. Saya yang mengajak mereka, maka saya bertanggung jawab untuk memastikan mereka bisa merasa nyaman sepanjang kegiatan berlangsung.

Setiap fase selalu berbeda FORMULAnya. Ketika anak saya masih bayi, saya merasa sanggup membawa mereka banyak berkegiatan bahkan keluar rumah. Karena mereka masih tidur belasan jam sehari. Modalnya cuma kain gendongan dan baju menyusui.

Setelah mereka menjadi batita, saya harus antisipasi membawa mainan atau bekal makanan lebih serta #sadardiri untuk mengambil peran yang tidak terlalu sentral dalam kegiatan di luar. Tahu sendiri saya tidak punya pengasuh, sebelum berangkat bersama tiga anak maka saya harus mempersiapkan mental. Bersabar untuk ngider mengikuti polah mereka. Namanya juga balita, kalau diam terus malah nggak wajar, kan?

Melihat frekuensi kegiatan saya bersama dengan anak-anak maka memotong waktu untuk surfing ternyata sangat mempengaruhi performa saya mendampingi anak-anak. Hadir, utuh dan membersamai segala aktivitas mereka. Selain berpuasa surfing, dalam sepekan terakhir saya bertekad untuk lebih disiplin menjalankan blok waktu sesuai dengan jadwal harian saya. Setelah saya terapkan selama sepekan dan rest sehari semua aktivitas bisa berjalan dengan baik sesuai dengan kandang waktunya. Saya tidak menyangka masih sempat berolahraga, memasak makanan fresh dan membuat kudapan tanpa merasa kepayahan. Emosi lebih terkendali dan saya bisa menikmati waktu selama menemani mereka belajar dan bebikinan. Alhamdulillah, ternyata hanya butuh KEMAUAN maka KONSISTENSI akan KEBAHAGIAAN adalah bonusnya. Petakan dulu medan perangnya, baru kita tentukan strateginya ❤️

J8 : Buddy System di Akhir Perjalanan Ulat

Berkesempatan masuk dan bergabung di kelas Bunda Cekatan benar-benar memberikan banyak pengalaman baru bagi saya. Bertemu dengan banyak teman baru yang memiliki banyak ilmu dan jam terbang di bidangnya membuat saya semakin kagum. Di awal pertemuan saya berpikir kelas ini akan terlihat serius sebab mengusung nama ‘cekatan’, apalagi bagi saya yang masih belajar menjadi ibu yang baik. Keder sih, tapi setelah dijalani ternyata bu Septi memberikan panggung untuk semua mahasiswi yang mau dan punya tekad untuk keluar dari zona nyaman namun tetap bahagia menjalani passionnya. Iya! Syarat menjadi mahasiswi kelas bunda cekatan itu adalah memahami diri sehingga bisa menjadi ibu yang lebih bahagia lagi. Benar adanya jika Allah akan memberi lebih banyak lagi ketika kita bersyukur.

Banyak sekali hikmah yang saya dapat hingga pekan ini, termasuk rejeki bertemu sahabat ‘dunia maya’ yang sudah hampir setahun lebih tidak berjumpa dan berdiskusi penuh faedah. Jika dua pekan lalu saya berjumpa seorang kawan baru yang berjodoh hingga menghasilkan proyek antologi buku, pekan ini saya mendapat kesempatan untuk menjadi teman diskusi dengan seseorang yang sudah saya anggap kakak sendiri. Dipertemukan di kelas Shookyu atau saat ini disebut gemar rapi, Mbak Yuliana namanya. Beliau merupakan member IP Kalimantan Selatan yang sangat menginspirasi bagi saya. Ketika berada satu kelas bersamanya saya sering mendapatkan banyak suntikan semangat dan wawasan dalam mendidik anak. Eh, ternyata kami berjodoh untuk menjadi teman diskusi di pekan ini, alhamdulillahilladzi tatimmush sholihat

Mbak Yuliana selama berada di kelas bunda cekatan sangat fokus untuk meningkatkan keterampilannya di bidang desain. MasyaAllah, kegiatan desain ini sungguh menyenangkan jika kita punya bakat disana. Waktu tidak akan terasa jika kita menjalani apa yang kita suka. Berikut ini aliran rasa Mba Yuliana selama perjalanan belajar desain di kelas bunda cekatan

Berikut ini sedikit bekal yang bisa saya berikan sebagai tambahan amunisi selama menjalani challenge 30 hari ke depan. Bismillah, semoga Allah memudahkan perjalanan belajar kita hingga kita siap menjadi kupu-kupu cantik ❤️